Rabu, 10 Juni 2015

Sudahkah Kamu Bersyukur Hari Ini?

Intan Siradjudin datang ke mejaku dengan wajah yang tak seperti biasanya. Sembab, seperti hendak menahan tangis. 
"Kasihan Mbak Livi....Penyakitnya ternyata persis seperti yang tadi kita googling..." 

Mbak Livi. Cewek manis yang pernah menggawangi program PINTAR LMI ini kini tergolek lemah di RSUD Dr. Soetomo. Vonisnya: penyakit lupus. 

Mbak Livi yang manis, ceria, cantik... kini harus merelakan hari-harinya dihabiskan di atas kasur ruang bangsal RS bersama 40-an pasien dalam satu ruangan. 

"Trus, kondisinya gimana?" 
"Badannya kurusss sekali, turun 10 kilo, tapi wajahnya bengkak, dan banyak ruam-ruam merah di wajahnya... dia sariawan juga...Rambutnya juga rontok..." 
"Ya Allah..." 
"Dan yang lebih kasihan lagi, dia nggak boleh minum air banyak-banyak. Karena ginjalnya sudah penuh dengan air, jadi dokter khawatir kalau akan bergesekan dengan paru-paru..." 
Kali ini, Intan tak bisa menahan butiran air mata yang mengalir tanpa diminta. 

Sambil mengusap tangis, Intan lanjutkan kisahnya, "Aku tadi pengin nangis di sana... Tapi Mbak Livi kuat banget.... Dia bilang 'Udah, penyakit itu ndak usah dipikirin'... Aduh, dia tegar banget Mbak... Ngomong santai sekali, kayak ndak ada beban...." 

*** 

Aku agak menyesal tidak ikut teman2 jenguk Mbak Livi siang ini. Meskipun menurut situsdoktersehat.com (http://doktersehat.com/2010/02/11/lupus-sulit-didiagnosa-dan-tidak-menular) penyakit lupus ini tidak menular, aku tetep merasa tidak sanggup. 

Aku tidak sanggup menyaksikan saudaraku ini harus tersenyum lebar kendati nyeri menyerang. 
Pun, aku tidak mampu mengakui bahwa betapa aku tidak pernah bersyukur atas limpahan rezeki berupa kesehatan yang dianugerahkan oleh ALLAH buat aku dan kluarga... 

Aku selalu mengeluh... 
Aku tidak pernah puas akan badanku yang kian menggemuk... 
Never stop complaining.... 
Selalu menghujat... 
Tidak bersyukur... 
Protes... 
keluh.... 
anti-legowo.... 

Ahh.... Mbak Livi... Terimakasih untuk pelajaran hari ini... 
Terimakasih karena Tuhan telah mengirimmu untuk memberi penyadaran buatku... 
Bahwa manusia sombong ini harus sedikit merendah... 
Dan tak lagi berkeluh kesah.... 

Bahwa insan sarkastis ini harus banyak-banyak bersyukur.... 
Dan anti kufur... 

Cepet sembuh ya Mbak.... 
*** 
Mbak Livi berpose bareng Opick di salah satu event LMI

Perempuan Tanpa Ambisi

Sampai detik ini, aku belum menemukan kosakata yang pas buat menggambarkan betapa 'gemes'-nya aku akan keputusan (yang menurutku) sentimental yang diambil oleh seorang dara cantik jelita bernama Chaeriah Wael, dan kami biasa memanggilnya 'Riri'.

Pas kami masih sama-sama ngalor ngidul di LMI, aku terbiasa melabeli dia (dalam hatiku yang busuk ini, tentu saja) sebagai "Perempuan Tanpa Ambisi."

Lihatlah. Seorang engineer lulusan STT Telkom, kampus prestisius itu, kok ya mau-maunya "cuman" ngurusin daftar hadir anak-anak LMI. Dan, ia kerap menjadi sasaran empuk, public enemy, karena seriiing banget ngingetin kita buat ngisi 'daily activity report' yang 'penting ga penting' itu.

Riri juga seolah 'tenggelam' oleh kedigdayaan partner 'hore'-nya Debi Kurnia, dan tentu saja 'Kanjeng Mami' mereka, Bu Citra Widuri.

"Kamu itu kok lempeng banget sih Ri? Kayak nggak punya ambisi apapun?" suatu ketika aku menginterogasi dia pas lagi nangkring di front office.
Riri tersenyum lepas. Manis banget. "Hihihi... sebenernya aku tuh ambisius loh Mbak.. Aku pengin ini, pengin itu... Tapi, nggak tau kenapa, tampaknya aku kayak 'nrimo' banget yak?"

Sampai suatu hari, Riri berpisah dengan kami, karena ternyata kali ini (sepertinya) ia pengin buktikan kalo ia juga punya ambisi. Dan, terdamparlah ia menjadi mahasiswi Pasca Sarjana Teknik Elektro ITS.

Lalu, kami bertemu lagi. Dalam sebuah laboratorium psikologi yang dirancang oleh Bu Citra Widuri. Aku sebelahan dengan Riri. Ia serius menekuri lembar jawaban. Dan aku udah ditelan kantuk yang tak berkesudahan. Trus, setelah semuanya selesai, entah kenapa, aku 'mati gaya' di sebelah dia. Enaknya ngomong opo yo? Riri buatku kala itu, super-duper nyungkani. Dan aku tetap melabelinya sebagai perempuan tanpa ambisi.

***
"Ririiiii...." kali ini aku berteriak pas lagi antre di Supermarket SAKINA. Aku belanja daily products bareng my little prince, Sidqi.
"Eh, Mbak Nurul... tunggu-tunggu... jangan pulang dulu, ini ada es krim buat Sidqi..." Riri buru-buru mengangsurkan es krim Wall's yang harusnya ia beli untuk dirinya sendiri, dan kini berpindah tangan ke anakku.
Sidqi (4,5 tahun) menerimanya dengan malu-malu. Dan, sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya Sidqi berceloteh soal 'malaikat' yang tadi ia temui di SAKINA. "Temennya Ibu kok baik banget, kasih es krim buat aku?"
Yeah. Perempuan tanpa ambisi itu memang punya daya spontanitas 'positive-energy' yang luar biasa.

***
Kali ini aku bersua lagi dengan Riri. Di Jawa Pos. Foto manis dia nongol di sana, dus sebongkah esai bertajuk "Saya Cuma Ibu Rumah Tangga". Hah. Ni cewek jago nulis juga ternyata. "Aku tuh sebenernya suka nulis Mbak... Dan aku seneng banget dengan notes-nya mbak Nurul di FB," suatu ketika Riri pernah membuatku melambung ke angkasa dengan puja-pujinya.
Buru-buru kupotret tulisan dia. Dan, kukabarkan ke temen2 LMI kalo Riri adalah salah satu kandidat yang siap menjadi jawara lomba, dan bertandang ke negeri Obama. Wah, perempuan tanpa ambisi itu ternyata siap melesat ke angkasa.

***
Aku berbakat jadi dukun, rupanya. Hehe. Riri jadi 5 Besar. Dan dia SEHARUSNYA mengantongi tiket untuk menuju sejumlah kampus kondang di Seattle USA, demi melakoni sebuah study tour yang (bisa jadi) hanya sekali seumur hidup mampir dalam kehidupannya.
Sederet oleh2 udah siap aku todongkan ke dia. Di antaranya, Thomas & Friends original toys, buat Sidqiku. Aku haqqul yaqin, Riri PASTI MAU beliin tuh kereta.
Tapi..... "Mbak Nurul pasti kecewa berat. Karena aku udah nolak hadiah untuk pergi ke Amrik."

Glek.

"Riri, are you OK?"
Kami saling ber-sms. Aku dengan kengototanku, bilang bahwa nggak seharusnya dia membuat kind of stupid, ridiculous, silly decision like that. *Ri, maap yah, kalo ini terlalu kasar, hehehe*

Dan, ternyata Riri pun punya prinsip, bahwa manakala ia harus ke Amrik,harus ditemeni mahram, karena termasuk Safar. 

Arrrghhh... Kok jadi aku yang stres???

Dan, dari sms-nya terkuak juga, bahwa dulu, Riri juga pernah batal menempuh studi di Jerman dan Australia, gara-gara aturan 'mahram' dan 'safar' itu tadi. Riri menyampaikan itu semua dengan sangat datar. Seolah-olah dia tidak sedang melakukan sebuah keputusan yang (menurutku) terkonyol sedunia. Halllooo, hari gini, dibayarin jalan-jalan gratis ke Amrik, dan DITOLAK begitu saja? Grrrr....

Yang jelas, sekarang aku tahu, kenapa senyum Riri begitu manis. Mungkin karena memang dia enggak pernah punya 'hurt feeling' terhadap pengalaman apapun yang dia terima. Bisa jadi karena ia tidak pernah terbebani oleh Target Hidup yang mendera lika-liku perjalanannya... Atau, singkatnya, kemungkinan besar, dia memang perempuan tanpa ambisi. And it's good. Nice to be your friend, Ri. So proud of you :-)
Hayoo... coba tebak Riri yang mana?

Ibu Tau Ndak Bu?

Suatu petang di "surga dunia"-ku.
Sidqi, malaikat kecilku yang baru 4 tahun, menjawilku pelan. "Ibu tau ndak Bu?"
"Apa, Nak?"
"Aku sayaaang banget sama Ibu."

:-)

So sweet. *menitikkan air mata, dalam hati*
Aku menukas. "Adik Sidqi tau ndak?"
"Apa Bu?"
"Ibu sayaaaang banget sama adik Sidqi."

*Emak yang sangat tidak kreatif*
Me, Myself, and Sidqi
Me, Myself, and Sidqi
11 okt 2010

Tiga Hadiah buat Si Kepala Tiga

Engghhh… saya? Udah kepala tiga aja nih? Duh, padahal, rasanya baru kemaren deh, umur 17 taon. #langsung ditimpuk massa.
Ya, ya, ya… Alhamdulillah, usia kian menanjak. Amanah juga makin bertambah banyak. Dan, yang paling bikin saya bahagia tiada terkira adalah, bertubi-tubi berita bahagia menyergap saya di bulan ini. Yeeep, ada TIGA hadiah yang saya dapatkan di September tahun ini. Semuanya adalah dari lomba blog alias nulis yang saya ikutin. Alhamdulillah….
Lomba blog Caring Colours
Tahu merek kosmetik Caring Colours kan? Apa?!? Nggak tahu?!?! Hmm, kudet, brarti… kurang update… Nih kosmetik adalah salah satu varian brand Sari Ayu Martha Tilaar. Dulu, saya pernah ikutan lomba Young Caring Professional Awards (YCPA), yah kompetisi jeung-jeung career woman gitu lah. Langkah saya terhenti sampai babak Semifinal ajah. Huhuhuhu…*mewek kejer* Nah, suatu ketika, iseng-iseng saya cek web si YCPA ituh. Eh, ada lomba blog! Langsung deh, ngebut mode on, bikin tulisan yang semoga bisa dilirik juri. Nih link-nya à http://bukanbocahbiasa.wordpress.com/
Alhamdulillah, jadi salah satu tulisan terbaik versi blog. Dapat paket kosmetik dan segenggam rupiah. Puji syukur pada-Mu ya Allah…. 




Lomba artikel Ramadhan di Okezone
Yang ini, lomba nulis artikel pendek gitu. Udah bulan Ramadhan lalu, jadi ya agak lupa, karena jeda waktu antara lomba dan pengumumannya lumayan lama. Suatu siang yang tenang, HP-ku bunyi. Nomor Jakarta. Halah, palingan orang bank nawarin kartu kredit, atau mbak-mbak promo susu. Kujawab males-malesan. Eh, ternyata Mas Ajie Rafie dari Okezone yang ngabarin kalau tulisan saya yang judulnya “Tancapkan Spirit Ramadhan!” jadi Juara 1! Alhamdulillah….
Pengin tahu gimana isi tulisannya? Bisa diklik di sini àhttp://loveramadan.okezone.com/#prettyPhoto2[inline]/0/
Naskahnya pendek aja kok. Baca sekilas deh J
Kalau waktu diibaratkan pedang, maka Ramadhan bisa diibaratkan laksana samurai nan tajam yang siap melibas setiap nafsu angkara yang menggelayut dalam dada. Bagi saya, Ramadhan adalah sebuah “senjata istimewa”. Ramadhan-lah, entitas yang sanggup membuat saya meneken tombol “pause”; jeda dan rehat sejenak dari roda kehidupan, target-target duniawi yang tampak semakin menggila.
Ya. Sebelas bulan menghirup napas di bumi ini, cobalah kita hitung dengan jujur, berapa porsi jejak kehidupan yang kita persembahkan pada Yang Maha Kuasa? Dalam sehari, ada 24 jam jatah hidup kita. Buat apa saja, si 24 jam itu?
Sholat? Hmm. Hanya 5 waktu. Katakanlah, kita hanya butuh masing-masing 10 menit untuk satu periode sholat. Maka, kita alokasikan hanyak 10 x 5 = 50 menit. Tidak sampai sejam!
Sisanya?
Untuk dunia, dunia, dunia.
Tatkala bekerja, mengumpulkan pundi-pundi rupiah, apakah kita sempat mengingat—minimal menyebut nama--Tuhan?
Apakah kita ingat, untuk apa tujuan kita dihidupkan oleh-Nya di muka bumi? Apa sempat kita mentafakkuri firman Allah dalam Surat Adz Dzariyat 56, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”. ?
Ataukah, kita kerja hanya demi rupiah? Demi deposito? Demi gengsi? Prestisius? Wibawa? Karir?
Aaaah…. Alangkah ruginyaa……
Dan, Ramadhan Selamatkan Kita….
Berterimakasihlah pada-Nya, karena kita masih diberi kesempatan untuk kembali bersua dengan Ramadhan. Ramadhan memberi kita keleluasan untuk berkontemplasi. Merenungi periode kehidupan yang telah kita jalani. Ramadhan mengajarkan kita untuk detoksifikasi, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara jiwa. Semoga, Ramadhan menjelma menjadi “jiwa baru” dalam pribadi kita.





Lomba Blog Kompasiana-Danamon Awards
Udah jadi Kompasianer sejak 2010, dan beberapa kali ikut lomba blog, tapi kagak pernah menang, masbro! Grrrrhhh, eh, pas Danamon bikin awarding Social Enterpreneur, saya iseng-iseng ikutan. Alhamdulillah, menang!
Allahu Akbar….
fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan….
Masak masih mau ngeluh sih?
Biarpun lemak dan gelambir bergelantungan di sekujur bodi…
Biarpun tampang udah nggak sekinclong jaman perawan…
Biarpun baju-baju lama udah nggak muat lagi….
Well,
Apapun itu, saya harus selalu bersyukur atas tiap jejak rezeki yang ditumpahkan Sang Maha Sutradara untuk saya dan semua manusia di muka bumi.
Selalu ada rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. 


I Want Mother, Not Monster

Ini kali kedua gw ajak Sidqi, anak gw yang masih 5 taon, untuk ikutan lomba menghafal surat pendek. For your info, Sidqi ini punya personality yang agak berbeda dari emaknya. Sidqi lebih introvert, santun, dan ogah pamer kebolehan. Padahal, ya bow, dia udah hapal banyaaakk banget surat di juz 30, sampai Al-Bayyinah! Super sekali ga tuh?

engan ogah-ogahan dia meladeni permintaan emaknya untuk segera mandi. "Sidqi ayo mandi! Lombanya mulai jam 8! Nanti kamu telat!"
"Aku ga mau lomba Buuu...."
"Heh! Kalo ga mau lomba, ntar SEMUA mainan kamu ibu sumbangin ke Panti Asuhan!"
Demi mendengar gelegar ancaman yang super sadis itu, Sidqi segera mematuhi titahku. Dan, bertiga bareng utinya, kami menempuh perjalanan ke SD Al-Falah Darussalam. Tujuannya? Buat ikutan ntuh lomba.
***
"Buuu... aku malu bu.... aku takut...."
"Takut??? Takut sama apa???"
"Aku takut kalau nanti nggak menang..."
"Sidqi, ibu tuh gak minta kamu buat menang. Ibu cuma mau kamu BERANI untuk ikut lomba. Itu aja."
Peserta lomba sekitar 43-an bocah. SEMUANYA berani untuk maju ke depan dewan juri. Gak grogi blas. Pede tingkat tinggi. Dan, Sidqi--yang dapat nomor urut tampil 25--teteup nangkring dengan pasrahnya di pangkuanku.
"Sidqi, lihat tuh, semuanya berani, ayoo... kamu pasti bisa," gw coba semangati. Apalagi, setelah diundi, Sidqi ternyata harus baca QS Al-Lahab. Dan, dia hapal banggettsss tuh surat.

"Peserta berikutnya, nomor 25...." MC memanggil anakku. Sidqi masih mogok. Gw gandeng dia menuju ke depan. Rada tengsin juga sih, karena peserta yang lain kagak ada yang diperlakukan seistimewa itu.
"Ayo, baca surat Al-Lahab yaa..."
Sidqi masih enggan buka mulut.
"Ibunya duduk di sampingnya aja...." juri lomba mulai intervensi.
Oh, oke. gw duduk di samping Sidqi. "Ayo dek, coba dibaca surat Al-Lahabnya..."
Sidqi masih mingkem.
"Coba, ibu duduk di belakang putranya...." juri yang lain ikut sumbang saran.
Gw ganti posisi. Sidqi masih aksi tutup mulut. Arrrghhh, kalo nggak di depan orang banyak, gw udah siap2 melayangkan cethotan super-nylekit buat si bocah yang ngeseliiiin banget ntuh.

Sedetik, dua detik, sepuluh detik... Sidqi masih mingkem semingkem-mingkemnya...Ini bagian yang paling aku benci. Matanya mulai menunjukkan gejala 'gerimis mengundang'. Para penonton keliatan "takjub" ngeliat tingkah "ajaib" kami berdua. Betapa sangat jelas dan clear, bahwa sebenarnya Sidqi enggak doyan ikutan nih lomba, dan dia terpaksa ngejogrok di sini, demi menuruti ambisi emaknya.

Sidqi segera gw tuntun keluar venue lomba. Campur aduk rasanya. Ngeliat aksi mogok dia jelas bikin empet. Tapi, ngomel2 di tengah lautan manusia ini, jelas bukan pilihan bijak. Utinya tampil sebagai 'malaikat'. "Mas Sidqi, kenapa tadi kok nggak mau ngaji? Bukannya kalau tadi ngaji, kan malah nggak malu? Kalau nggak ngaji, lebih malu kan?"
Sidqi still mingkem.

"Saknone rek mas Sidqi..."
"Sakno? Kasihan?" aku langsung nyolot, "Justru, harus dipecut nih Uti...."
Sidqi melotot.

Ketimbang memicu pertengkaran anak-beranak, aku memutuskan untuk hengkang, dan jualan majalah. Ada satu ibu2 cantik dari TK Al-Hikmah, yang memutuskan langganan majalah 6 bulan. Harganya kan 57 ribu, dia kasih 60 ribu

Dancow Parenting Center: Spread The "Love Your Kids" Message!


Yihaaaaa... Tim Ibu2 Kreatif menang di Group Dancow 3+ Emang nyali+urat malu udah putus+kreatif abeessssYihaaaaa... Tim Ibu2 Kreatif menang di Group Dancow 3+ Emang nyali+urat malu udah putus+kreatif abeessss

Oh, okai, parenting events again?!
Hmm, kayaknya gw udah 'overload' deh. Buanyaaakk banget event2 parenting skilss yang udah gw datengin. Mulai dari Hypno-parenting, How you train your kid and dragon (emang ada buk?! Ngayal tingkat dewa mah :-P ) Sampe berjuta artikel yg setia gw browsing di segambreng situs website.

Bahkan, sebelum my kiddo brojol ke bumi, gw udah sempat ikutan parenting skills yg mana pembicaranya seorang profesor dari malaysia gitu deh. Lokasi trainingnya di sekolah alam insan mulia. Tapi Lupa nama prof-nya. Hehehe.

Since I've been committed that my son is my centre of universe, then gw merasa selalu dehidrasi forever dan mupeng ngikutin segala hal yang berbau parenting skills.  Nggak ada tuh, istilah mblenger. Apalagi, kalo yg ngadain produsen susu kondaaaang, macamDANCOW. Apalagi, acaranya gretongan (ini penting banget, ciiin). Apalagi, eventnya dibikin di hotel berbintang. Apalagi, panitia ngasih antar jemput bus gretongan! Oh, heaven on earth!

Nah, jadilah, gw ngibrit ke Hotel Inna Simpang dan denger segambreng penjelasan soal apa dan bagaimana mendidik & mengasuh anak di era yang kian semrawut bin acakadut ini.

Materinya segambreng bok. Ada Dr Adriana S. Ginanjar (psikolog kondang) yang maparin beragam hal biar anak kita PERCAYA DIRI. Trus, ada pakar gizi juga. Ada pakar internet juga. Ada pakar financial planning juga (love them so much dah!) Nah, ntar di postingan berikutnya gw bakal paparin satu per satu yeeee....

Eniwei, sebelum bahas "How to Raise Life-Ready Kid" kayaknya kita perlu bertanya pada diri sendiri.... Lo yakin kalo lo adalah parents-ready?
Ini sama aja dengan pertanyaan "Lo mendambakan anak sholih(ah), ngemeng-ngemeng ente yakin kalo lo adalah ortu yang sholih(ah)?
*nunduk dalem*

Yah, kayak begono deh. Walhasil, gw temuin dong, jawabannya. Kalo lo memenuhi ekspektasi yang dijabarkan Dra. Ratih Ibrahim M.Psi, kalo lo pengin dimasukkin sebagaiorangtua yang Parents-Ready, sebaiknya lo punya 3 kapasitas. Apa saja?  
1.  Emotional-Ready
Kesehatan mental/emosional orangtua penting dalam membesarkan si Kecil. Di sini, orangtua diharapkan bisa menjadi teladan, mampu mengelola konflik dalam keluarga, menjalin komunikasi efektif dengan pasangan, serta memelihara kesehatan mental untuk menghadapi stress saat membesarkan si Kecil.

2.  Education-Ready
 Sebagai orangtua Parents-Ready, Bunda dan Ayah juga harus tahu kapan saatnya untuk memilih sekolah yang tepat untuk si Kecil, mengetahui kesiapan sekolah, hingga bagaimana menciptakan suasana menyenangkan bagi si Kecil saat belajar di rumah. Misalnya saja memperhatikan lingkungan permainannya, kemungkinan adanya konflik dengan temannya saat bermain, hingga menjaga kebersihan dan keamanan tempat si Kecil bermain.

3.   Lifestyle-Ready
 Dengan kapasitas ini, Bunda diharapkan mampu menyeimbangkan antara karir dan keluarga, bagaimana membagi waktu agar bisa meluangkan waktu bersama si Kecil, dan tidak merasa bersalah ketika Bunda memanjakan diri di tengah padatnya rutinitas agar Bunda lebih rileks.
Dengan mengetahui kapasitas Parents-Ready sejak dini, diharapkan Bunda maupun Ayah bisa lebih optimal dalam membesarkan si Kecil.  

Aheeeemmmmmm.... Are you? Am I? Ohhh, I'm not quite sure siiih... Tapi bigimane yak, secara gw udah jadi emak-emak, ya gw kudu berusaha sampe sekuat tenaga, ngeden segenap jiwa, buat memenuhi 3 kriteria yang barusan gw jabanin kan?

At least, gw berusaha buat belajar jadi emak yang lebih kinclong dah. A Better Mom. InsyaAllah, kalo kita ada kemauan, pasti ada jalan. Man Jadda, wa Jada. I want to be a better mom *yuk, mareee, nyanyi lagu Robbie Williams, tapi diganti jadi A Better Mom*

Send someone to love me
I need to rest in arms
Keep me safe from harm
In pouring rain

Give me endless summer
Lord I fear the cold
Feel I'm getting old
Before my time

As my soul heals the shame
I will grow through this pain
Lord I'm doing all I can
To be a better mom

Go easy on my conscience
'Cause it's not my fault
I know I've been taught
To take the blame

Rest assured my angels
Will catch my tears
Walk me out of here
I'm in pain

As my soul heals the shame
I will grow through this pain
Lord I'm doing all I can
To be a better mom

Once you've found that lover
You're homeward bound
Love is all around
Love is all around

I know some have fallen
On stony ground
But Love is all around

Send someone to love me
I need to rest in arms
Keep me safe from harm
In pouring rain

Give me endless summer
Lord I fear the cold
Feel I'm getting old
Before my time

As my soul heals the shame
I will grow through this pain
Lord I'm doin' all I can
To be a better mom